Sang Pembelajar

Sang Pembelajar

Kamis, 28 November 2013

Hasil Jepretan si Penjepret Amatir





Roti Cap Caleg



Pemilu 2014 tinggal menunggu sekitar 5 bulan lagi. Pada 9 April 2013 kita sebagai warga negara yang baik berhak memberikan suara pada Pemilu Legislatif mendatang. Daftar calon legislatif telah ditetapkan oleh KPU. Banyak public figure yang juga ikut bertarung dalam pileg tahun depan. Dan kampanye pun mulai dilakukan oleh para caleg baik caleg DPR pusat, DPRD provinsi, maupun DPRD kabupaten/kota.

Kampanye telah dilancarkan paa caleg, mulai dari memesang baliho, spanduk hingga stiker. Dan alat peraga kampanye ini kadang menjadi alat propaganda dan melanggar aturan dari KPU. Tapi, fakta berkata lain, kampanye sudah mulai gencar dilakukan dengan meningkatkan citra diri dari para caleg.

Uniknya, yang saya temukan sendiri salah satu caleg dari parpol kuning di daerah Kab.Tangerang menggunakan alat kampanye unik tapi justru agak melanggar. Pasalnya, beliau memberikan bingkisan beriti roti dan air mineral kemasan gelas pada acara Kathina (salah satu hari raya Agama Buddha) di salah satu vihara daerah Rancaiyuh.

Beliau yang turut hadir tapi tidak masuk dan mengikuti acara, tapi melakukan bincang-bincang dengan tokoh masyarakat setempat. Yang saya bilang unik adalah bingkisan roti yang beliau berikan sekitar 300 paket, di dalam bingkisannya selain roti terpampang stiker dengan bergambar foto caleg dan no urutnya. Pelanggaran yang saya katakan adalah bingkisan tersebut diberikan pada saat ada acara di salah satu rumah ibadah. Sedangkan berdasarkan peraturan, rumah ibadah menjadi salah satu yang menjadi tempat yang netral dari unsur politik.


Kita berharap masyarakat dapat menjadi pemilih yang cerdas. Sukseskan pemilu 2014 menjadi pemilu yang bersih.. (Apr.)

Minggu, 24 November 2013

Guru...Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Hymne Guru
Cipt: Sartono


Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru

Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku

Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku

Sebagai prasasti terima kasihku

Tuk pengabdianmu

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan

Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan

Engkau patriot pahlawan bangsa

Tanpa tanda jasa




Kamis, 21 November 2013

Konglomerasi “Host” Program TV

Konglomerasi media tentu dengan jelas kita dapat lihat dan rasakan. Media televisi swasta menjadi objek promosi dan kampanye. Perusahaan televisi swasta memang hanya dikuasai oelh segelintir orang, mulai dari MNC Group milik Hary Tanoesidibjo, VIVA group milik Aburizal Bakrie, CT Corp milik Chairul Tandjung dan MetroTv milik Surya Paloh.

Tanpa disadari bukan hanya pemilik media yang memang secara kasat mata tidak terlihat, tapi juga pengisi acara dari program-program TV swasta pun hanya dikuasai leh segelintir orang. Orang-orang itu adalah Olga Syahputra, Raffi Ahmad, dan Deni Cagur. Tiga nama ini merupakan host dari program Tv yang tayang mulai dari pagi (DahSyat-RCTI) dan pada sore hari (Pesbukers-ANTV) dan malam hati hingga tengah malam (YKS-TransTV).

Dan bila diperhatikan mereka bekerja dibawah 3 grup media TV yang berbeda tiap harinya. Setuju atau tidak tiga orang tersebut yang memang selalu berlalu lalang di layar kaca dengan tayang setiap hari. Sekarang ini memang ada beberapa nama yang memang tetap menjadi rombongan Olga dkk, antara lain; Billy (adik Olga), Tara Budiman, Chan Kelvin, Luna Maya, Jessica Iskandar, dll. Dan mereka pun menjadi sebuah tim yang solid yang setiap hari nongol di layar kaca.
Ini fenomena yang memang tanpa sadar kita rasakan, sehingga memunculkan pertanyaan apakah tim mereka ini akan terus menghiasi layar kaca kita? Dan apakah ini bentuk monopoli mereka sebagai pengisi acara yang tenar?

Kita bisa lihat berapa pundi-pundi meraka yang mereka terima dari konglomerasi ini? Meraka mulai nongol dari pagi sampai tengah malam. Apakah industri program TV kekurangan orang kreatif? (Apr.)

Senin, 18 November 2013

Program Televisi Terus Bergoyang

Televisi sebagai salah satu media dengan saluran audio visualnya yang memanjakkan indera para pemirsanya terus menjadi media yang dipilih oleh masyarakat, khususnya di Indonesia. Sebagai media komunikasi massa, televisi memiliki fungsi edukasi, memberi informasi, memberi hiburan dan memuat nilai-nilai moral yang baik bagi masyarakat.

Saat ini, fakta yang ada pemirsa dimanjakan dengan tayangan-tayangan yang hanya berisi konten hiburan. Lalu, bagaimana televisi menampilkan program-program acara yang sebenarnya modelnya sama antar satu stasiun televisi satu dengan stasiun televisi lainnya. Satu alasan yang membuat keseragaman program televisi yang ada pada saat ini adalah setiap program variety show yang memiliki tujuan untuk menghibur pemirsa pasti terdapat goyangan khas-nya. Mulai dari yang terpopuler pada saat ini yaitu Goyang Cesar pada program “Yu Keep Smile” di Trans TV atau Goyang Bang Jali yang awal populernya pada acara “DahSyat” di RCTI.

Menurut pengamatan saya, fenomena Goyang ini mulai tercipta dari program “Opera van Java” Trans7 yang pada saat itu Sule sudah mempopulerkan Goyang Cicilalang. Goyang itu memang tidak sepopuler Goyang Cesar pada saat ini, tapi fenomena goyang ini mulai mem-booming ketika bulan Ramadhan. Mengapa demikian? Karena lewat program-program sahur seperti “Yu Kita Sahur” Trans TV yang mulai memperkenalkan Goyang Cesar dan serta “OVJ sahur” Trans7 dengan Sule yang kembali memperkenalkan Goyang Sundul lah fenomena konten setiap program memunculkan jenis goyang sebagai identitas sebuah program itu mulai menular.

Sekarang ini hampir semua konten program yang bertujuan menghibur pasti ada unsur Goyang sebagai identitasnya agar melekat di hati pemirsanya. Mulai dari yang terpopuler saat ini, Goyang Cesar pada “YKS” yang sampai membuat durasi program lebih dari 3 jam. Lalu, ada Goyang Sundul di “OVJ”, Goyang Bang Jali di “YKS” dan “DahSyat”, Goyang Gaspol “DahSyat”, bahkan pada program “Eat Bulaga” sudah mulai dikenalkan goyang nya.

Pemirsa sebagai penikmat akan terus dimanjakan oleh konten-konten program seperti ini mulai dari pagi hari sampai dengan tengah malam. Fenomena Goyang pada konten program TV ini terus meluas dan entah sampai kapan tren ini akan mulai meredup. Sebagai pemirsa, kita harus bisa lebih pintar dan bijak dalam memilih program TV yang akan kita konsumsi. Dan perhatian bagi para pelaku produksi program-program TV, untuk memperkaya tayangan dengan fungsi-fungsi edukasi yang mendidik, tidak sekadar berpaku pada rating atau keuntungan. (Apr.)

Minggu, 17 November 2013

Konvensi Demokrat, Skenario apa Dibelakangnya?


Konvensi Demokrat telah dipublikasikan kepada seluruh rakyat Indonesia pada Minggu, 15 September 2013 yang lalu. Acara yang diselenggarakan di Hotel Sahid, Jakarta itu mengagendakan perkenalan 11 orang yang mengikuti konvensi Capres Demokrat serta diberikan kesempatan bagi masing-masing peserta Konvensi untuk memaparkan visi dan misinya
masing-masing.

Dari 11 peserta konvensi ini terdapat tokoh yang berasal dari kalangan internal partai, peserta yang diundang unutk mengikuti konvensi tersebut. Terdapat nama-nama besar yang menjadi peserta konvensi, antara lain: Marzuki Alie (Ketua DPR RI, dan Wakil Ketua Majelis Tinggi PD), Dahlan Iskan (Menteri BUMN), Gita Wirjawan (Menteri Perdagangan), Irman Gusman (Ketua DPD RI), dan tokoh lainnya. Nama-nama diatas tentu sudah dikenal publik karena saat ini memiliki jabatan dan masuk dalam pemerintahan. Di lain pihak, ada 2 tokoh yang berlatar belakang militer yaitu Pramono Edhie Wibowo dan Endriartono Sutanto. Adapula peserta dari kalangan diplomat dan akademisi, Dinno Patti Djalal (Duta Besar RI untuk AS) dan Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina) Sebelas peserta ini akan berkompetisi memperebutkan satu nama untuk diusung oleh Demokrat sebagai calon Presiden pada pemilu 2014 nanti.

Kita akan mencoba menakar siapa kira-kira tokoh yang akan muncul sebagai pemenang konvensi ini. Dilihat dari unsure ketokohan dan popularitas, nama-nama Dahlan Iskan, Gita Wirjawan, dan Marzuki Alie tenty bisa dibilang ada dibarisan depan. Tapi bagaimana dengan kredibilitas dari masing-masing tokoh diatas?

Diadakannya konvensi ini tentu sangat mengejutkan dan akan menimbulkan pertanyaan, apakah Demokrat yang menjadi partai pemerintahan saat ini sedang krisis sosok pemimpin akibat terpaan badai yang membelenggu satu tahun terakhir? Atau apakah memang ini emnjadi skenario dari Demokrat atau bahkan SBY khususnya untuk kembali menarik simpati masyarakat? Kita sebagai masyarakat akan melihat bagaimana sebenarnya mekanisme konvensi ini demi munculnya satu nama yang akan diusung pada Pemilu 2014 nanti. Dan apakah nama yang muncul sudah sesuai dengan skenario yang disusun oleh Demokrat. (Apr.)

Senin, 04 November 2013

Balada Sang Perias Kota



Keringat bercucuran menetes di wajah keriputnya Terik matahari tak menghalangi semangat untuk melaksanakan tugasnya.Semua itu tak digubrisnya, tangannya masih dengan kuat menggenggam senjata andalan.

Sreekk..sreekk..sreekk… suara terdengar diantara suara-suara kendaraan yang berlalu lalang pada Sabtu siang 28 September 2013. Tampak dua wanita tua di bilangan jalan Proklamasi, Kota Tangerang tengah sibuk dengan senjatanya, sapu lidi dan pengki. Minah (58 tahun) dan Sumi (54 tahun) merupakan salah satu dari petugas pembersih dan penyapu jalan yang ditugaskan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang. Dengan
topi mandor bangunan, mereka berdua bertugas untuk menyapu jalanan
Jam sudah menunjukkan pukul 12.00, dengan seragam kebesaran mereka yang berwarna oranye, sejenak mereka beristirahat dengan duduk di trotoar sambil minum air di tengah
panasnya cuaca pada hari itu.
Air mineral dalam botol besar pun sudah cukup untuk menghilangkan dahaga mereka. Minah membuka bungkusan pada kantong kresek hitam, sedangkan Sumi masih asyik mengelap keringatnya. Dikeluarkannya dua nasi bungkus yang menjadi jatah mereka untuk makan siang.

Sebungkus nasi yang berisi lauk tahu tempe dengan sayur toge pun dilahap mereka dengan segera. Debu yang berterbangan serta asap kendaaraan yang lewat tak dihiraukannya yang begitu asyik dengan nasi bungkus mereka.
Makan siang pun selesai, mereka saling bercengkrama. Tak terhindarkan keluh kesah mereka setelah bekerja dari pukul 7.30 pagi pun terucap. “Kadang iri liat orang laen udah tua tapi mereka idup nya seneng, gak kaya kita masih kerja di jalanan gini”, keluh Ibu Minah. Sumi menyambung, “ Ya namanya juga kita orang susah, kalo gak gini kita mau makan apa”.

Minah yang merupakan ibu dari dua orang anak itu terpaksa bekerja sebagai penyapu jalan raya. Karena suaminya sudah lumpuh dan tidak bisa bekerja untuk mencari nafkah. Anak-anak Minah sudah berkeluarga, tapi mereka pun sama hanya bekerja sebagai buruh pabrik. Penghasilan anak-anaknya hanya cukup untuk makan keluarganya masing-masing. Dan darimana Minah bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan obat untuk suaminya?

Tak jauh berbeda dengan Minah, Sumi yang sama-sama tinggal di kawasan belakang Rumah Sakit Sitanala pun menjadi tulang punggung keluarga. Untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan tiga orang anaknya yang masih ada bersekolah, harus bekerja menjadi penyapu jalan raya. Setelah ditinggal suami karena meninggal dua tahun yang lalu, Sumi bingung bagaimana dia membayar uang kontrakan dan biaya sekolah anak-anaknya.

Ketika disinggung masalah gaji atau upah yang didapat, mereka hanya tersenyum entah menandakan apa. “Ya asal cukup buat makan sama sekolah anak-anak aja”, celetuk Sumi. Minah menambahkan “Tapi emang enak sih kadan kita dijemput sama mobil bak DKP, nanti pulang juga kita dianter sampe rumah”.
Dengan mata yang sayu menandakan kelelahan, mereka sudah mulai bersiap-siap melanjutkan tugasnya. Karena masih sekitar 100 meter lagi jalanan yang belum disapu. Jam kerja mereka yang begitu lama sekitar 9 jam per hari kadang membuat mereka begitu kelelahan, tapi apa mau dikata itu sudah menjadi tugas dan pekerjaan mereka demi merias kota membuatnya terlihat rapi dan bersih.

Tak hanya mengeluh lelah, Sumi dan Minah pun kadang kesal melihat ulah pengandara maupun para pejalan kaki yang selalu membuang sampah sembarang. Merasa tak dihargai, dan merasa dilecehkan kdang muncul dengan semakin banyaknya para pembuang sampah sembarangan. “Kalo sampah-sampah daun kering sih itu wajar yah karena mungkin kena angin, tapi kalo botol, plastik-plastik itu kan bikin jalanan kotor dan gak bagus buat dilihat” curhat Minah.
Melihat banyaknya jumlah sampah botol dan plastic yang berserakan, mereka berinisiatif untuk mengumpulkan sampah tersebut dan dijual kepada pengepul plastik. “Lumayan lah kan buat tambahan”, kata Minah sambil tersenyum. Makanya sekarang apabila mereka dinas sebagai perias kota, maka akan selalu ada satu teman mereka yang menemani, yaitu karung kesayangan. Karung utnuk wadah sampah botol dan palstik.

Di lain sisi sekitar jalan Proklamasi itu merupakan pusat pendidikan di Kota Tangerang, jadi terdapat sekolah-sekolah baik tingkat SMP maupun SMA. Dan juga ada beberapa kantor dinas di bilangan jalan tersebut. Itu pun yang menjadi pekerjaan keras bagi Minah dan Sumi karena anak sekolah yang notabene memiliki pendidikan lebih baik dari dua wanita tau penyapu jalan ini, malah dengan seenaknya mebuang sampah dan tidak memelihara lingkungan. Sumi berujar, “Kadang malah ada yang saya tegor anak-anak kalo buang sampah di jalanan”.

Mengapa mereka kadang berani menegur orang yang buang sampah sembarangan, karena sebenernya bukan hanya mereka “si seragam oranye” yang bertugas merias dan memperindah kota, tapi juga menjadi tanggung jawab semua orang yang merasa dirinya menggunakan fasilitas dan tinggal di kota tersebut.

Meskipun kadang kesal dihati, dan rasa lelah terasa oleh mereka berdua tapi dengan tulus Minah dan Sumi melaksanakan tugasnya sebagai perias kota.

Mari kita hias, rias, dan rawat lingkungan kota tercinta! Bukan hanya “si seragam Oranye” yang bisa jadi perias kota, tapi kita semua juga bisa. Karena merias kota dimulai dari merias diri sendiri dengan sikap dan perilaku yang baik. Terima kasih Perias Kotaku, si seragam oranye.
(Apr.)