Sang Pembelajar

Sang Pembelajar

Rabu, 20 Februari 2013

Pilkada Jawa Barat "Pilih Sesuai Kebutuhan"

Pemilihan Gubeernur-Wakil Gubernur Provinsi Jawa Barat akan diadakan pada hari Minggu, 24 Februari 2013. Ada lima pasang calon yang ikut dalam pertarungan mendudukin kursi nomor satu Jawa Barat. Kelima pasang itu adalah Dikdik-Cecep yang merupakan satu-satunya pasangan yang maju sebagai calon independen, Iriato (Yance)-Tatang yang diusung oleh Partai Golkar, Dede Yusuf-Lex Laksamana yang diusung oleh Partai Demokrat, Ahmad (Aher) Heryawan-Deddy Mizwar yang diusung oleh PKS dan Partai Hanura, serta pasangan Rieke (Oneng) Dyah Pitaloka-Teten Masduki yang diusung oleh PDI-P.

Ada yang menarik dari PilGub Jaar ini, yaitu ada 3 pasang Cagub-Cawagub yang merupakan publik figur atau artis. Mereka adalah Dede Yusuf yang merupakan mantan aktor laga yang juga mantan Wakil Gubernur Jabar 2008-2013, adapula artis senior tanah air yang dipinang oleh calon incumbent Ahmad  Heryawan, yaitu si Naga Bonar, Deddy Mizwar. Dan satu yang tak terlewatkan yaitu satu-satunya calon perempuan yaitu Rieke Dyah Pitaloka yang dikenal sebagai Oneng dalam perannya di sitkom 'Bajaj Bajuri'. 

Perlu menjadi satu catatan dan hal yang menggelitik juga bagi kita, ketiga artis tersebut merupakan ikon dari iklan obat yang biasa kita temukan di televisi atau media lainnya. Dede Yusuf merupakan ikon dari iklan obat sakit kepala 'Bodrex', Deddy Mizwar adalah ikon iklan obat maag 'Promag' dan iklan minuman obat panas dalam 'Cap Badak', sedangkan Rieke (Oneng) adalah ikon iklan minuman energi 'Kukubima'. 
Fenomena ini seakan menjadi satu bahan pembicaraan yang unik untuk dijadikan referensi dalam hal memilih calon mana yang harus dipilih dan yang pantas menjadi pemimpin Jabar. Mungkin dengan adanya ini, masyarakat yang memiliki hak suara bisa lebih mudah dalam memilih pemimpin mereka. Dimana saat masyarakat Jabar merasa pusing dengan masalah-masalah sosial yang ada di sekitar bisa memilih Dede Yusuf. Lalu, apabila masyarakat merasa sakit maag dan merasa gerah akan masalah hidup bisa memilih Deddy Mizwar. Dan apabila masyarakat sudah tidak kuat menghadapi hidup di Jabar, bisa memilih Rieke (Oneng).
Jadi, bagi masyarakat Jabar jangan anda sampai salah dalam memilih pemimpin anda untuk lima tahun kedepan. Pilihlah calon Gubernur-Wakil Gubernur sesuai dengan kebutuhan anda saat ini. 
Selamat berdemokrasi, gunakan hak pilih Anda!! (Ayey)

Selasa, 19 Februari 2013

Kisah Peter dan Tina



Peter dan Tina sedang duduk bersama di taman kampus tanpa melakukan
apapun, hanya memandang langit sementara sahabat-sahabat mereka sedang
asik bercanda ria dengan kekasih mereka masing-masing.

 Tina: 'Duh bosen banget. Aku harap aku juga punya pacar yang bisa
berbagi  waktu denganku.'

 Peter: 'kayaknya cuma tinggal kita berdua deh yang jomblo. cuma kita
berdua saja yang tidak punya pasangan sekarang.' (keduanya mengeluh dan
berdiam beberapa saat)

 Tina: 'Kayaknya aku ada ide bagus deh. kita adakan permainan yuk?'
 Peter: 'Eh? permainan apaan?'

 Tina: 'Eng... gampang sih permainannya. Kamu jadi pacarku dan aku jadi
pacarmu tapi hanya untuk 100 hari saja. gimana menurutmu?'
 Peter: 'baiklah... lagian aku juga gak ada rencana apa-apa untuk
beberapa  bulan ke depan.'

 Tina: 'Kok kayaknya kamu gak terlalu niat ya... semangat dong! hari ini
akan jadi hari pertama kita kencan. Mau jalan-jalan kemana nih?'
 Peter: 'Gimana kalo kita nonton saja? Kalo gak salah film The Troy lagi
maen deh. katanya film itu bagus'

 Tina: 'OK dech.... Yuk kita pergi sekarang.... ntar pulang nonton kita
ke  karaoke ya... ajak aja adik kamu sama pacarnya biar seru.'  Peter :
'Boleh juga...'  (mereka pun pergi nonton, berkaraoke dan Peter
mengantarkan Tina pulang  malam harinya)

 Hari ke 2:
 Peter dan Tina menghabiskan waktu untuk ngobrol dan bercanda di kafe,
suasana kafe yang remang-remang dan alunan musik yang syahdu membawa
hati  mereka pada situasi yang romantis. Sebelum pulang Peter membeli
sebuah  kalung perak berliontin bintang untuk Tina.

 Hari ke 3:
 Mereka pergi ke pusat perbelanjaan untuk mencari kado untuk seorang
sahabat Peter.  Setelah lelah berkeliling pusat perbelanjaan, mereka
memutuskan membeli  sebuah miniatur mobil mini. Setelah itu mereka
beristirahat duduk di  foodcourt, makan satu potong kue dan satu gelas
jus berdua dan mulai  berpegangan tangan untuk pertama kalinya.

 Hari ke 7:
 Bermain bowling dengan teman-teman Peter. Tangan tina terasa sakit
karena  tidak pernah bermain bowling sebelumnya. Peter memijit-mijit
tangan Tina  dengan lembut.

 Hari ke 25:
 Peter mengajak Tina makan malam di Ancol Bay. Bulan sudah menampakan
diri,  langit yang cerah menghamparkan ribuan bintang dalam pelukannya.
Mereka  duduk menunggu makanan, sambil menikmati suara desir angin
berpadu dengan  suara gelombang bergulung di pantai. Sekali lagi Tina
memandang langit,  dan melihat bintang jatuh. Dia mengucapkan suatu
permintaan dalam hatinya.

 Hari ke 41:
 Peter berulang tahun. Tina membuatkan kue ulang tahun untuk Peter.
Bukan  kue buatannya yang pertama, tapi kasih sayang yang mulai timbul
dalam  hatinya membuat kue buatannya itu menjadi yang terbaik. Peter
terharu  menerima kue itu, dan dia mengucapkan suatu harapan saat meniup
lilin  ulang tahunnya.

 Hari ke 67:
 Menghabiskan waktu di Dufan. Naik halilintar, makan es krim bersama,dan
mengunjungi stand permainan. Peter menghadiahkan sebuah boneka teddy
bear  untuk Tina, dan Tina membelikan sebuah pulpen untuk Peter.

 Hari ke 72:
 Pergi Ke PRJ. Melihat meriahnya pameran lampion dari negeri China. Tina
penasaran untuk mengunjungi salah satu tenda peramal. Sang peramal hanya
mengatakan 'Hargai waktumu bersamanya mulai sekarang' kemudian peramal
itu  meneteskan air mata.

 Hari ke 84:
 Peter mengusulkan agar mereka refreshing ke pantai. Pantai Anyer sangat
sepi karena bukan waktunya liburan bagi orang lain. Mereka melepaskan
sandal dan berjalan sepanjang pantai sambil berpegangan tangan,merasakan
lembutnya pasir dan dinginnya air laut menghempas kaki mereka. Matahari
terbenam, dan mereka berpelukan seakan tidak ingin berpisah lagi.

 Hari ke 99:
 Peter memutuskan agar mereka menjalani hari ini dengan santai dan
sederhana.  Mereka berkeliling kota dan akhirnya duduk di sebuah taman
kota.

 15:20 pm
 Tina: 'Aku haus. Istirahat dulu yuk sebentar. '
 Peter: 'Tunggu disini, aku beli minuman dulu. Aku mau teh botol saja.
Kamu  mau minum apa?'
 Tina: 'Aku saja yang beli. kamu kan capek sudah menyetir keliling kota
hari ini. Sebentar ya'  Peter mengangguk. kakinya memang pegal sekali
karena dimana-mana Jakarta  selalu macet.

 15:30 pm
 Peter sudah menunggu selama 10 menit and Tina belum kembali juga.
Tiba-tiba seseorang yang tak dikenal berlari menghampirinya dengan wajah
panik.  Peter : 'Ada apa pak?'  Orang asing: 'Ada seorang perempuan
ditabrak mobil. Kayaknya perempuan itu  adalah temanmu'

 Peter segera berlari bersama dengan orang asing itu. Disana, di atas
aspal  yang panas terjemur terik matahari siang, tergeletak tubuh Tina
bersimbah  darah, masih memegang botol minumannya. Peter segera
melarikan mobilnya  membawa Tina ke rumah sakit terdekat. Peter duduk
diluar ruang gawat  darurat selama 8 jam 10 menit. Seorang dokter keluar
dengan wajah penuh  penyesalan.

 23:53 pm
 Dokter: 'Maaf, tapi kami sudah mencoba melakukan yang terbaik. Dia
masih  bernafas sekarang tapi Yang kuasa akan segera menjemput. Kami
menemukan  surat ini dalam kantung bajunya.'

 Dokter memberikan surat yang terkena percikan darah kepada Peter dan
dia  segera masuk ke dalam kamar rawat untuk melihat Tina. Wajahnya
pucat  tetapi terlihat damai. Peter duduk disamping pembaringan tina dan
menggenggam tangan Tina dengan erat.

 Untuk pertama kali dalam hidupnya Peter merasakan torehan luka yang
sangat  dalam di hatinya. Butiran air mata mengalir dari kedua belah
matanya.  Kemudian dia mulai membaca surat yang telah ditulis Tina
untuknya.

 Dear Peter...
 ke 100 hari kita sudah hampir berakhir. Aku menikmati hari-hari yang
kulalui bersamamu.  Walaupun kadang-kadang kamu jutek dan tidak bisa
ditebak,tapi semua hal  ini telah membawa kebahagiaan dalam hidupku. Aku
sudah menyadari bahwa kau  adalah pria yang berharga dalam hidupku. Aku
menyesal tidak pernah  berusaha untuk mengenalmu lebih dalam lagi
sebelumnya. Sekarang aku tidak  meminta apa-apa, hanya berharap kita
bisa memperpanjang hari-hari  kebersamaan kita. Sama seperti yang
kuucapkan pada bintang jatuh malam itu  di pantai, Aku ingin kau menjadi
cinta sejati dalam hidupku. Aku ingin  menjadi kekasihmu selamanya dan
berharap kau juga bisa berada disisiku  seumur hidupku. Peter, aku
sangat sayang padamu.

 23:58
 Peter: 'Tina, apakah kau tahu harapan apa yang kuucapkan dalam hati
saat  meniup lilin ulang tahunku? Aku pun berdoa agar Tuhan mengijinkan
kita  bersama-sama selamanya.  Tina, kau tidak bisa meninggalkanku! hari
yang kita lalui baru berjumlah  99 hari! Kamu harus bangun dan kita akan
melewati puluhan ribu hari  bersama-sama! Aku juga sayang padamu, Tina.
Jangan tinggalkan aku, jangan  biarkan aku kesepian! Tina, Aku sayang
kamu...!'

 Jam dinding berdentang 12 kali.... jantung Tina berhenti berdetak.

 Hari itu adalah hari ke 100...

 PS :
 * Katakan perasaanmu pada orang yang kau sayangi sebelum terlambat.
 * Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok.
 * Kau tidak akan pernah tahu siapa yang akan meninggalkanmu dan tidak
akan  pernah kembali lagi.

• AKU MENANGIS UNTUK ADIKKU 6 KALI

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil.

Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.:

"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya.

Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan :

"Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!".

Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata :

"Ayah, aku yang melakukannya! ".

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi,:

"Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!".

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata :

"Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11. Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut :

"Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..."

Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas. Sambil berkata :

"Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?".

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata :

"Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku."

Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya sambil berkata :

"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya?. Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!".

Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata :

"Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.".

Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku:

"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.".

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang.

Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas) . Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan :

" Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana !".

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, :

"Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"

Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu? "

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku :

"Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu. ..".

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan :

"Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."

Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis.

Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23. Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum :

"Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu..".

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya.aku bertanya :

"Apakah itu sakit?".

"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti.

Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku.

Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26. Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan :

"Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu :

"Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. :

"Pikirkan kakak ipar...ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah:

"Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"

"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya :

"Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?".

Tanpa bahkan berpikir ia menjawab :

"Kakakku."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat :

"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.

Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku akhirnya keluar juga :

"Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku."

Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.